14 Mei 2008

Rumah Pramoedya Diusulkan Jadi Cagar Budaya

Berikut ada sedikit kabar gembira bagi dunia sastra kita. Artikel ini sengaja saya kutip dari http://www.kompas.com karena saya menganggap ini sangat penting bagi kita yang menggeluti dunia sastra yang akhir-akhir ini mulai menggeliat. Dan tanpa mengurangi rasa hormat saya sedalam-dalamnya maka saya tidak mengubah isi dari artikel tersebut. Selain itu, saya tetap memuat sang penulisnya. Semoga bermanfaat. Amin...

BLORA, SENIN
-Pemerintah Kabupaten Blora mendukung dan siap mengusulkan rumah sastrawan Indonesia berkelas dunia, Pramoedya Ananta Toer, di Jalan Halmahera Blora, menjadi cagar budaya. Dalam waktu dekat ini, ia akan meminta Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Blora membentuk tim pengkaji .

Demikian dikatakan Bupati Blora Yudhi Sancoyo seusai membuka Lokakarya Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Publik dalam Menangani Bencana di Blora, Senin (5/5). Tanggapan itu terkait dengan permintaan sejumlah peserta diskusi Peringatan Dua Tahun Meninggalnya Pramoedya pada 30 April.

Waktu itu, salah seorang peserta diskusi Tejo Prabowo didukung Pastor Gereja Paroki Santo Pius X Blora Tri Budi Utomo, Pr, mengusulkan rumah sastrawan yang pernah dua kali dicalonkan sebagai penerima Nobel itu dijadikan cagar budaya. Pasalnya, selain bangunannya relatif tua, rumah itu menjadi saksi bisu kehidupan sastrawan Generasi 45 asal Blora.

Mereka menilai rumah itu dapat menjadi sumber inspirasi penggemar Pram dan karya-karyanya. Tempat itu juga dapat menjadi ruang terciptanya pendidikan karakter para remaja sekarang ketika mengenali Pram secara lebih dekat.

Yudhi menangkap gagasan itu sangat luar biasa, karena nama Kabupaten Blora dapat turut terangkat. Ia berharap rumah itu menjadi referensi yang lengkap tentang Pram, menyangkut perjalanan hidup, karya-karya sastra dan jurnalistik, pemikiran, serta spiritulitas hidupnya.

Meskipun demikian, disadari bahwa untuk mewujudkannya bukan perkara mudah karena diperlukan pengkajian budaya, sejarah, dan pertimbangan para ahli yang berkompetan di bidang itu. Kajian itu juga membutuhkan data dari saksi hidup yang mengetahui sosok Pramoedya. Pada akhir proses nanti, pencetusan itu harus mendapat persetujuan dari Departemen Pariwisata dan Kebudayaan.

"Pemkab Blora melalui Kantor Pariwisata dan Kebudayaan berjanji akan mewujudkan hal itu. Dalam waktu dekat ini, saya akan meminta mereka membentuk tim pengkaji," kata dia.

Rumah Pram didirikan M Toer, ayahnya (1922-1925, yang di dalam buku-buku "biografi" Pram disebut-sebut sebagai aktivis Taman Siswa. Rumah yang masih didominasi kayu jati itu sudah direnovasi dua kali pada 1954 dan 2003. Saat ini, rumah itu menjadi tempat tinggal adik-adik Pram, Soesilo Toer dan Waluyadi Toer.

Secara terpisah, Soesilo Toer (71) menyambut baik gagasan itu. Ia dan keluarga besar Toer juga berkomitmen tidak akan menjual rumah dan tanah itu. "Pencanangan cagar budaya itu membuat rumah tetap utuh dan lebih terlindungi, termasuk juga di dalamnya kisah hidup, karya, dan pemikiran Pram," kata dia. (HEN)

Alb. Hendriyo Widi Ismanto

Tidak ada komentar: